Orchidpark Breaking Down
Delia
Mitchimori..kenapa
harus kamu..??” Gumamku dalam hati.Tatapanku kembali terpaku pada sebentuk
wajah oriental indo-jepang yang kini terdiam di hadapanku. Ternyata kebisuan
belum pulih di antara sejuk udara, yang bermain di kelembutan kulitnya yang
putih bersih.Tubuh ramping berisi, terbalut green t-shirt sporty ,dengan
bawahan black skinny jeans, lengkap pula dengan sepatu kets kotak-kotak
black-green sebagai alas kakinya.
sementara Rambutnya yang hitam lurus sepunggung,di biarkan terurai,sesekali jemari tangannya yang lentik menyibakan poni depannya kesamping,agar tak menutupi kedua bola matanya yang indah.Di padu dengan hidung mancung dan bibir tipis nan ranum, sungguh ..kecantikan alami yang di Anugerahkan Tuhan padanya pasti membuat semua mata lelaki tertegun mendambanya.Tak terkecuali aku,..seharusnya.Sayang, aku terlalu pengecut untuk mengakuinya.
sementara Rambutnya yang hitam lurus sepunggung,di biarkan terurai,sesekali jemari tangannya yang lentik menyibakan poni depannya kesamping,agar tak menutupi kedua bola matanya yang indah.Di padu dengan hidung mancung dan bibir tipis nan ranum, sungguh ..kecantikan alami yang di Anugerahkan Tuhan padanya pasti membuat semua mata lelaki tertegun mendambanya.Tak terkecuali aku,..seharusnya.Sayang, aku terlalu pengecut untuk mengakuinya.
Dan
disini,di sebuah food court, lantai 4 Orchid Park . Terpaksa segenggam
keputusan pahit harus diterimanya ,sebagai akhir dari drama percintaan yang
jauh dari sempurna.
“..Del..”
.bisikku pada gadis di depanku.Tapi gadis yang di panggil dengan sebutan
"Del" itu masih asik dengan kebekuannya sendiri. Lalu tertunduk lesu sambil
memutar - mutar straw hawaian mix juice ,dalam wadah medium cup
berwarna cerah ,meskipun bergambar aneka buah segar yang menggiurkan,tetap saja
baginya hanya sebuah bahan pelarian dari pikiran yang berkecamuk tanpa
arah.
Bahkan Crepes Nuttella cheese kegemaranya di biarkan dingin begitu saja,hanya sesekali di pandangi dengan tatapan hampa,padahal biasanya begitu matang, dalam hitungan menit, makanan khas itali itu sudah habis tak tersisa.
Bahkan Crepes Nuttella cheese kegemaranya di biarkan dingin begitu saja,hanya sesekali di pandangi dengan tatapan hampa,padahal biasanya begitu matang, dalam hitungan menit, makanan khas itali itu sudah habis tak tersisa.
“
Selamat sore,ini java coast mocha coffe dan choco croissant breadnya
sudah siap, maaf apakah ada yang perlu di pesan lagi..??” seorang
pramusaji dengan senyum ramah,memecahkan keheningan kami sejenak.
Aku
membalas senyum .” Uhm ngga mas, ini sudah cukup kok ,ma kasih “.
“ ok. Kalau begitu ini dealnya” .lanjut si pramusaji sembari menyodorkan kertas struk pembelian kami.
Saat aku mencoba mengeluarkan dompet,tangan Del mencegah,sambil menggeleng dengan bola mata membesar yang seakan mengatakan ” ..jangan..”.Setelah Del mengeluarkan beberapa lembar biru dari dompetnya,Pramusaji itupun pamit berseri dengan uang tip yang cukup lumayan di sakunya.
Hampir selalu begitu si keras kepala ini , membuatku merasa terbalik, setiap Jalan dan makan di luar tak pernah aku mengeluarkan uang. Terkadang Jiwa laki-lakiku berontak meneriakkan harga diri. Tapi Del tetaplah Del, dia justru akan marah – marah jika aku bilang ".. gantian yah aku yang traktir..",mungkin tak bermaksud merendahkanku , atau memang dia merasa mengerti keadaanku yang serba pas-pasan. Itulah Kami yang kini hidup di dua sisi dunia yang berbeda,aku yang “gembel” dan dia yang “glamour”.
“ ..Del maafkan aku,…kita ga bisa selamanya seperti ini..”.ucapku lirih dan berhati-hati,tak ingin melukai perasaanya.
“ ssstt..”. hanya itu reaksinya sambil menempelkan jari telunjuk di ranum bibirnya. Sunyi masih betah menemani,hanya samar-samar lagu muse unintended terdengar dari sound di beberapa sudut Orchid Park , Mall sekaligus apartement bergengsi di kawasan Jakarta Barat. Tempat inilah yang kini menjadi tempat berteduh aku dan Del selama beberapa hari.
Seperti biasanya Del mengambil cangkir kopiku,kemudian dengan hati-hati Del merobek sebungkusan kecil gula serbuk kemasan rendah kalori dan menuangkannya kecangkir kopiku lalu mengaduknya hingga rata.sungguh perhatian kecil yang membuatku selalu ingin bersamanya.Andaikan bisa.
“ ok. Kalau begitu ini dealnya” .lanjut si pramusaji sembari menyodorkan kertas struk pembelian kami.
Saat aku mencoba mengeluarkan dompet,tangan Del mencegah,sambil menggeleng dengan bola mata membesar yang seakan mengatakan ” ..jangan..”.Setelah Del mengeluarkan beberapa lembar biru dari dompetnya,Pramusaji itupun pamit berseri dengan uang tip yang cukup lumayan di sakunya.
Hampir selalu begitu si keras kepala ini , membuatku merasa terbalik, setiap Jalan dan makan di luar tak pernah aku mengeluarkan uang. Terkadang Jiwa laki-lakiku berontak meneriakkan harga diri. Tapi Del tetaplah Del, dia justru akan marah – marah jika aku bilang ".. gantian yah aku yang traktir..",mungkin tak bermaksud merendahkanku , atau memang dia merasa mengerti keadaanku yang serba pas-pasan. Itulah Kami yang kini hidup di dua sisi dunia yang berbeda,aku yang “gembel” dan dia yang “glamour”.
“ ..Del maafkan aku,…kita ga bisa selamanya seperti ini..”.ucapku lirih dan berhati-hati,tak ingin melukai perasaanya.
“ ssstt..”. hanya itu reaksinya sambil menempelkan jari telunjuk di ranum bibirnya. Sunyi masih betah menemani,hanya samar-samar lagu muse unintended terdengar dari sound di beberapa sudut Orchid Park , Mall sekaligus apartement bergengsi di kawasan Jakarta Barat. Tempat inilah yang kini menjadi tempat berteduh aku dan Del selama beberapa hari.
Seperti biasanya Del mengambil cangkir kopiku,kemudian dengan hati-hati Del merobek sebungkusan kecil gula serbuk kemasan rendah kalori dan menuangkannya kecangkir kopiku lalu mengaduknya hingga rata.sungguh perhatian kecil yang membuatku selalu ingin bersamanya.Andaikan bisa.
“
Java coast mocha coffee
special is ready..!!”. senyum centil dan mata yang menyipit mencoba
mencairkan suasana.Memaksa keadaan untuk menjadi biasa saja,seperti hari-hari
sebelumnya.
ku hirup aroma khas mocha coffee dan menyeruputnya perlahan. “..Mmh..manis del ..kayak kamu.. “.candaku sedikit membantu melumerkan ketegangan antara kami.
ku hirup aroma khas mocha coffee dan menyeruputnya perlahan. “..Mmh..manis del ..kayak kamu.. “.candaku sedikit membantu melumerkan ketegangan antara kami.
“ Huuu..Gombal..”.jawabnya
sembari tersenyum simpul menggigit manja bibirnya.Lalu hening kembali menaungi
,untuk beberapa menit,hanya tatapan yang saling beradu,mengungkapkan perang
batin yang tak kunjung usai.
“ Del ..”. pelan kembali ku buka bibirku. “ maafin aku…
sepertinya kita ga bisa……”.
“ ..sorry…I don’t hear..what you say..!!”.potong Adelia,sambil menutup ke dua telinganya,lalu mengeleng cuek,seolah menjadikan kedua telapak tangannya headphone yang mendengungkan alunan music beat.
“..Please serius donk..dewasa dikit bisa kan..??!!”.pintaku, akhirnya Adelia menghentikan tingkah konyolnya.Hanya membalas dengan tertunduk diam dan kedua tangan menyangga dagunya,seiring pandangan menyentuh lantai.
“ Sungguh Del..,,ini berat bagiku..”.Lanjutku.
kali ini giliran Del mengangkat wajah dan memicingkan matanya. “ Berat bagimu atau bagiku Rey..??!!”.sedikit nada tinggi bicaranya, menandakan gejolak hati yang mulai memuncak.”..kamu tahu kan,,..Gimana perasaan aku ke kamu.. selama ini..,Gimana aku berjuang agar hubungan kita selalu baik-baik aja.. ?? dan kalau memang ini berat buat kamu..kenapa kamu tega mengakhiri semua ini Rey… kenapa..??? jawaaab…!!“. Tatapan nanar itu seakan menembus jantungku. Butiran bening pun mulai meleleh di pipinya.
“..Aku Cuma karyawan rendahan..cuma kroco..kacung..selain itu aku juga Cuma..musisi yang bisanya main di café doank sedangkan kamu....”. belum selesai penjelasanku adelia bergegas memotongnya lagi.
“…sedangkan aku..mahasiswi kedokteran semester akhir..dari universitas trisakti dan seorang putri tunggal pengusaha kaya…?? Begitukan…?? ..iya begitu,.. hah.?? ".aku tak menjawab."..aah.. Kenapa sih itu –itu lagi yang jadi alasan…???. Del menghela nafas.” Harus berapa kali aku bilang rey…aku sayang sama kamu tuh tulus..aku cinta sama kamu dengan segala kelebihan dan kekuranganmu…apa pernah aku menuntut materi dari kamu…ngga’ kan..??? apa aku juga pernah ngrendahin kamu ..ngga’ pernah kan..???”. bertubi tubi Del melayangkan argumennya.
“ Aku tau Del.. aku tau… kamu sayang sama aku apa adanya,,begitupun juga aku..tapi kita ga bisa selamanya seperti ini… ini buat kebaikan dan kebahagianmu juga Del..aku tuh ga pantes buat kamu...”.Lentik ujung telunjuk Del menghentikan rangkaian kata-kataku,menutup bibirku.
“ ..sorry…I don’t hear..what you say..!!”.potong Adelia,sambil menutup ke dua telinganya,lalu mengeleng cuek,seolah menjadikan kedua telapak tangannya headphone yang mendengungkan alunan music beat.
“..Please serius donk..dewasa dikit bisa kan..??!!”.pintaku, akhirnya Adelia menghentikan tingkah konyolnya.Hanya membalas dengan tertunduk diam dan kedua tangan menyangga dagunya,seiring pandangan menyentuh lantai.
“ Sungguh Del..,,ini berat bagiku..”.Lanjutku.
kali ini giliran Del mengangkat wajah dan memicingkan matanya. “ Berat bagimu atau bagiku Rey..??!!”.sedikit nada tinggi bicaranya, menandakan gejolak hati yang mulai memuncak.”..kamu tahu kan,,..Gimana perasaan aku ke kamu.. selama ini..,Gimana aku berjuang agar hubungan kita selalu baik-baik aja.. ?? dan kalau memang ini berat buat kamu..kenapa kamu tega mengakhiri semua ini Rey… kenapa..??? jawaaab…!!“. Tatapan nanar itu seakan menembus jantungku. Butiran bening pun mulai meleleh di pipinya.
“..Aku Cuma karyawan rendahan..cuma kroco..kacung..selain itu aku juga Cuma..musisi yang bisanya main di café doank sedangkan kamu....”. belum selesai penjelasanku adelia bergegas memotongnya lagi.
“…sedangkan aku..mahasiswi kedokteran semester akhir..dari universitas trisakti dan seorang putri tunggal pengusaha kaya…?? Begitukan…?? ..iya begitu,.. hah.?? ".aku tak menjawab."..aah.. Kenapa sih itu –itu lagi yang jadi alasan…???. Del menghela nafas.” Harus berapa kali aku bilang rey…aku sayang sama kamu tuh tulus..aku cinta sama kamu dengan segala kelebihan dan kekuranganmu…apa pernah aku menuntut materi dari kamu…ngga’ kan..??? apa aku juga pernah ngrendahin kamu ..ngga’ pernah kan..???”. bertubi tubi Del melayangkan argumennya.
“ Aku tau Del.. aku tau… kamu sayang sama aku apa adanya,,begitupun juga aku..tapi kita ga bisa selamanya seperti ini… ini buat kebaikan dan kebahagianmu juga Del..aku tuh ga pantes buat kamu...”.Lentik ujung telunjuk Del menghentikan rangkaian kata-kataku,menutup bibirku.
“..Please rey..,,..tolong… , tolong ngertiin aku..,tolong jangan ucapkan hal itu lagi..entah sudah berapa ratus kali kamu ngomongin soal itu… dan kamu tahu juga kan,,jawabanku apa.. ,,semuanya ga akan merubah pendirianku..untuk tetap bersamamu ,,”. Punggung tangan Del menyeka air mata yang masih enggan berhenti keluar dari kelopak matanya.
“..Rey..,,dulu
kamu pernah bilang ke aku..pada satu langit dalam sebuah orbit..hanya ada satu
matahari… jika lebih maka bumi dan sekelilingnya akan meleleh, hancur..begitu juga
hati.. dalam hatipun cukup hanya ada satu cinta…dan hatiku sudah memilih kamu
sebagai matahariku..ga mungkin terganti dan ga mungkin ada yang lain lagi..
cukup kamu rey… denganmu aku merasa tenang dan bahagia…buat apa aku berpaling
dengan orang yang sama sekali ngga' aku cintai..”.Antusias Del
meyakinkan aku,tapi tetap keraguan yang menggelayutiku tak kunjung mereda.
Lembut
ku sentuh jemarinya,kemudian meremasnya penuh kasih. “ Del..aku juga sayang
banget sama kamu.. karena itulah aku ingin melihatmu bahagia.. meskipun
tanpaku…ku Mohon..lupakan aku…Kembalilah ke rumah papamu..beliau sudah
menyiapkan pria yang lebih pantas buat kamu…”.
Del
tersentak, tatapan nanar itu kembali membidikku.” Seandainya
mampu..seandainya bisa…aku sudah melakukannya dari dulu Rey…,,bukan Cuma harta
dan kedudukan yang mampu menjamin hidup
seseorang…itu bakal
bahagia..lagian Bisa aja kan, suatu saat
kamu akan lebih sukses dari dia..?? masa depan manusia…hanya Tuhan yang
tahu..kita hanya perlu memperjuangkanya Rey…!!! lagi pula aku ngga’ memusingkan
hal itu..aku Cuma butuh kamu…Kenapa sih kamu terlalu pengecut..untuk
memilikiku..bukankah kita saling mencintai..???.. Atau ada hal lain yang
membuatmu sampai seperti ini…???
Hening
hampir merapatkan sayapnya lagi.Jiwaku bergetar hebat,demi melihat raut wajah
Del yang terluka.Butiran Bening trenyuh jatuh membanjiri halus pipinya.Helaian
mutiara pedih yang melukiskan jerit hatinya.Dan kebisuan membawaku pada
kenangan indah yang pernah terangkai bersama.
Pertemuan
pertamaku dengan Adelia Mitchimori di
sebuah café di selatan Jakarta……
by : Rey carolies - ( To be continued )
test coment ah.. :)
BalasHapus